Kim Ryeon merangkul beberapa dokumen
yang baru selesai dikerjakannya. Pekerjaannya hari ini benar-benar melelahkan.
Kim Ryeon bekerja di sebuah perusahaan besar di Korea Selatan tepatnya di kota Seoul. Ia sudah bekerja disana selama hampir 2
tahun. Karena prestasi dan dedikasi itu membuatnya
mendapatkan posisi manager di kantor ini.
“ Ryeon, aku mau pulang sekarang ,
kau mau pulang bersamaku ? “ Tanya Ji Jeong salah satu temannya.Ryeon menenteng
tas tangannya, “ Boleh “ ia lalu berjalan menuju pintu untuk mendekati Jeong.
Kim Ryeon dan Ji Jeong masuk ke dalam mobil . Mereka adalah
sahabat sejak SMA, Kim Ryeon adalah gadis cantik yang pintar tapi kurang pandai
menyampaikan maksudnya di depan orang banyak, sedangkan Ji Jeong dia juga
cantik tapi tidak terlalu pintar, tapi untuk urusan berbicara di depan orang
banyak Ji Jeong adalah yang nomor satu.
“ Terimakasih nona Jeong sudah
mengantarkan tuan putri Ryeon pulang dengan selamat “ ucap Kim Ryeon setelah
keluar dari mobil Ji Jeong sambil tersenyum geli. Jeong hanya tertawa lebar
lalu melajukan mobilnya menjauhi rumah Ryeon.
Ryeon mengaduk aduk tasnya mencari
kunci rumahnya. Setelah menemukannya ia segera membuka pintu rumahnya. “
Selamat malam tuan putri Ryeon “ ucapnya saat memasuki rumahnya. Rumahnya sepi,
seperti biasanya. KEdua orang tuanya sedang mengunjungi kakek dan neneknya
untuk beberapa minggu.
Kim Ryeon lahir di keluarga yang
sangat menomor satukan kasih sayang. Sejak kecil ia tidak pernah kekurangan
kasih saying dari kedua orang tuanya. Hanya saja ia tidak memiliki satupun
saudara kandung, karena setelah melahirkan dirinya ada sesuatu terjadi pada
ibunya sehingga sang ibu tidak memungkinkan untuk mengandung lagi.
Untuk itulah kedua orang tuanya
sangat mencintai Kim Ryeon sampai-sampai memanggil Ryeon dengan panggilan ‘tuan
putrid Ryeon’. Ryeon tidak pernah menolak panggilan itu, karena baginya itulah
bukti cinta kedua orang tuanya padanya.
Suara gaduh terdengar dari dapur.
Kim Ryeon sedang memasak makan malam untuknya sendiri malam ini. Malam ini
pilihannya jatuh pada mi instant. Selain karena ia sudah kehabisan akal untuk
memasak ia juga kehabisan bahan makanan untuk dimasak.
“ Aku harus belanja besok “ gumam
Ryeon di sela-sela makannya. Setelah makan malam ini ia berencana untuk
melanjutkan pekerjaan kantornya yang belum selesai dikerjakannya tadi.
Ryeon menyalakan laptonya dan mulai
membuka-buka dokumen yang dibawanya dari kantor. Setengah jam kemudian, layar
laptopnya telah berubah menjadi hitam, sepertinya mode Sleep tidak hanya
berlaku untuk laptonya tapi juga untuk dirinya sendiri.
XXXXXXX
Suasana supermarket hari minggu bisa
dikatakan lebih ramai dibanding taman kota.
Orang yang berbelanja di hari Minggu pastilah orang sibuk seperti Ryeon sampai
tidak bisa belanja di hari lain. Ryeon mendorong trolly yang baru terisi
beberapa barang menuju ke rak buah.
Ryeon sangat menyukai buah. Ia tidak
pernah membiarkan kulkasnya tidak terisi buah. Setelah mengambil beberapa buah
Ryeon berjalan santai dengan mendorong trollynya menuju kasir. Antrian kasir di
hari Minggu lebih menakutkan dibanding kan
antrian tiket konser boyband.
Ryeon memperhatikan pria yang tengah
berdiri di depannya. Pria itu menggendong bebeapa buah di pelukannya. Pria yang aneh, bukankah dia bisa memakai
keranjang. Pikir Ryeon.
“ Maaf aku lupa membawa dompetku ,
bisakah aku membawa buah ini aku pasti akan kembali untuk membayarnya “ ujar
pria itu saat kasir sudah selesai menghitung belanjaannya.
“ Tidak bisa tuan, anda harus
membayar belanjaan anda kalau ingin membawanya pulang “ jawab petugas kasir.
Ryeon yang berdiri tepat dibelakang
pria itupun mendengar semua percakapan antara pria itu dan petugas kasir. Pria
itu hanya membeli dua buah mangga dan sekotak leci dan sepertinya pria itu
sangat membutuhkan buah itu. Ryeon rasa uangnya tak akan habis jika membayar
juga belanjaan pria itu, tidak apalah sesekali menolong orang. Pikirnya.
“ Bisa tolong kau hitung belanjaanku
? “ ujar Ryeon membuat petugas kasir mengalihkan pandangannya ke arah Ryeon. Begitu
juga pria itu.
“ Sebentar nona, aku akan
menghitungnya setelah pria ini mau meninggalkan belanjaannya “ jawab petugas
kasir.
“ Aku akan membayar belanjaan pria
ini juga, segera hitung belanjaanku “ ujar Ryeon. Pria itu membelalakkan matanya mendengar ucapan Ryeon. “
Belanjaanmu sudah dibayar nona ini, sekarang pergilah “ ucap petugas kasir itu
pada pria pembeli buah itu. Pria itu berjalan meninggalkan kasir sambil
sesekali menengok ke arah Ryeon.
Ryeon keluar supermarket membawa
belanjaan di tangannya. Ia sudah membayangkan akan memasak makanan enak dengan
bahan yang dimilikinya sekarang. Ia juga sudah membayangkan segarnya
buah-buahan yang sudah dibelinya.
“ Nonaa.. hei nonaa “ panggil
seseorang saat Ryeon berjalan menuju mobilnya. Ryeon berbalik dan ternyata pria
pembeli buah itulah yang memanggilnya, “ Ya ? “.
“ Boleh aku tahu dimana kau tinggal
?” tanya pria itu dengan nafas tersengal-sengal karena berlari mengejar Ryeon.
“ Untuk apa ? “Tanya Ryeon balik. “ Aku ingin berterimakasih , ah maksudku kau
sudah membayar belanjaanku kalau aku ingin tahu dimana kau tinggal untuk
mengganti uangmu “ papar pria itu.
Ryeon tersenyum, “ Kau tidak usah
mengganti uangku, anggap saja aku menolongmu “ . Pria itu nampak bingung, “
Tapi nona, orang tuaku tidak mengajarkan untuk tinggal diam jika seseorang yang
belum kita kenal membantu kita, apalagi ini soal uang “ . Kali ini Ryeon hanya
tertawa tanpa menanggapi perkataan pria itu.
Ryeon memperhatikan pria di
depannya. Pria itu mengenakan seragam ,di dada kanan seragam yang dikenakannya
ada tulisan yang terbordir dengan benang warna kuning. “ Juice House”.
“ Bagaimana kalau sebagai gantinya
kau memberiku segelas jus ? ucap Ryeon. Pria itu nampak lebih bingung, “
Bagaimana anda tahu saya bekerja di café jus ? “ . Ryeon menunjuk tulisan di
baju pria itu. Pria itu menepuk dahinya sambil tertawa lebar, “ Aku memang
pelupa “ .
“ Oh ya, siapa namamu? Bukankah aku
harus tahu namamu supaya saat aku ke café mu nanti aku bisa segera menemukanmu
“
“ Namaku Hee Deok , anda sendiri ? “
“ Namaku Ryeon, Kim Ryeon dan
berhentilah memanggilku ‘anda’ karena kurasa tidak seumuran “
Deok tertawa mendengar ucapan Ryeon.
Ia lalu melirik arlojinya. Sudah waktunya ia kembali ke café. Ia segera
berpamitan pada Ryeon dan pergi dengan sebuah taksi.
XXXXXXXX
“ Jeong , apa nanti siang kau ada
janji makan siang dengan Hyun-ki kekasihmu itu ? “ Tanya Ryeon saat ia dan
Jeong berjalan bersama memasuki kantor. Jeong nampak mengingat-ingat apa ia ada
janji dengan kekasihnya. “ Kurasa tidak, Hyun-ki sedang keluar kota hari ini, memangnya
ada apa ? Kau mau mentraktir aku makan siang ? “ mata Jeong berbinar-binar.
“ Mentraktirmu ? Makanmu saja rakus seperti raksasa aku mungkin bisa kehabisan uang untuk mentraktirmu
“ ujar Ryeon menahan tawa, ia memang suka sekali menggoda sahabatnya itu.
“ Apa maksudmu ? Ayolah Ryeon ,
sudah lama kamu tidak mentraktir aku “
rengek Jeong seperti anak usai 5 tahun yang meminta balon pada orang
tuanya. “ Haha, Baiklah nona Jeong, nanti siang kita makan siang bersama, aku
yang traktir “. “ Yes, terimakasih tuan putri Ryeon” teriak Jeong bersemangat.
Ia berjalan riang menuju ruangannya, sebelum masuk ruang ia berhenti di depan
pintu dan berbalik. “ Kita mau makan siang dimana ? “ . “ Kau akan tahu nanti”
jawab Ryeong lalu memasuki ruangannya,
XXXXXX
Jam di ruangan Ryeon sudah
menunjukkan pukul 12 siang. Ia yakin sekali sebentar lagi Jeong akan masuk ke
ruangannya dan berkoar-koar padanya untuk segera berangkat makan siang. Benar
saja dugaannya, beberapa menit kemudian Ji Jeong sudah masuk ke ruangan Ryeon
tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
“ Tuan putri Ryeon, apa kita akan
pergi sekarang ? “ . Ryeon hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah
laku sahabatnya itu. Ia lalu mengambil tas dan mantel nya lalu berjalan keluar
ruangannya.
“ Sebenarnya kita mau makan siang
dimana Ryeon, aku tidak mau kau bersikap seperti Hyun-ki yang suka merahasiakan
tempat makan malam “ ujar Jeong , sekarang mereka sudah berada di dalam mobil
Ryeon.
“ Ku kira kau sudah terbiasa dengan
hal itu “ jawab Ryeon, tawa singkat mengiringi ucapannya.
Jeong mendengus kesal.
Ryeon menghentikan mobilnya di depan
sebuah café kecil dengan warna dominant hijau muda. “ JUICE HOUSE” tulisan yang
sama dengan tulisan pada baju seragam Deok, ia tidak mungkin salah. Ada beberapa pegawai yang
memakai seragam yang sama dengan yang dipakai Deok malam itu.
“ Ayo Jeong, kita akan makan disini
“ . Ryeon lalu turun dari mobil begitu juga Jeong. “ Ku kira kita akan makan di
restoran Itali “ ucap Jeong sambil membenarkan pakainnya yang sedikit kusut.
“ Permisi, apa Hee Deok bekerja
disini ? “ Tanya Ryeon pada salah satu pegawai yang tengah mengelap meja. Pria
itu nampak sangat ramah, ia lalu mempersilahkan Ryeon dan Jeong duduk di salah
satu kursi dan pamit memanggilkan Deok yang mungkin berada di dapur.
Beberapa menit kemudian orang yang
dicari pun keluar. Hee Deok keluar menemui Ryeon dan Jeong. “ Ternyata kau
benar-benar datang” katanya saat sudah berdiri di hadapan Ryeon dan Jeong yang
spontasn berdiri saat Deok datang.
“ Orang tuaku tidak mengajarkanku
untuk tidak menepati ucapan “ jawab Ryeon seraya tersenyum manis. Jeong yang
tidak tahu apa-apa merasa sedikit aneh. “ Ryeon jangan katakan kau melibatkanku
di acara makan siangmu dengan calon pacarmu “ ucap Jeong dengan nada bicara
tanpa dosa. Ryeon melirik tajam ke arah Jeong lalu mencubit lengan sahabatnya.
“ Oh sebaiknya aku tidak membiarkan
tamuku menunggu lama, tunggu sebentar nona-nona” ucap Deok lalu berlari kecil
ke balik bar. Sepeninggal Deok, Ryeon dan Jeong duduk kembali. “ Jelaskan
padaku, siapa pria itu dan apa alasannya kau mengajakku kesini “ Jeong meminta
penjelasan. “ Diamlah Ji Jeong, akan kuceritakan nanti di perjalanan pulang “ .
10 menit menunggu, Deok keluar
dengan nampan berisi dua gelas jus berwarna orange cerah. Serutan es batu
dipuncaknya membuatnya terlihat sangat menyegarkan. Tanpa sadar Ryeon menelan
ludahnya melihat jus dihadapannya itu.
“ Silahkan nona-nona , ini jus
terbaik di café ini “ jelas Deok . Dua gadis itu segera meneguk minuman itu
cepat. “ Ahh…” hanya itu yang keluar dari mulut mereka. Itu sudah mewakili
kalimat Jus yang sangat menyegarkan .
Selain menyajikan jus, Deok juga
menyajikan beberapa makanan untuk Ryeon dan Jeong. Setelah semua makanan itu
habis, Ryeon meminta bil untuk membayar semua makanan yang sudah disajikan. “
Deok, aku minta bil untuk semua makanan ini “ . Hee Deok tertawa “ Untuk apa ?
Kau lupa ? Ini sebagai ganti hari itu “ . Ryeon hanya tersenyum lalu pamit
untuk kembali ke kantor karena jam makan siang sudah berakhir.
Jeong masih belum bisa menyimpulkan
apa yang terjadi antara sahabatnya dan pria café jus itu. “ Ini sebagai ganti hari itu “ .
Apa maksudnya ? Apa yang dilakukan Ryeon pada pria itu sampai pria itu merasa
harus menggantinya ?
“ Kim Ryeon, aku ingin kau
menjelaskan semua nya sekarang sebelum kau membuat sahabatmu ini gila karena
tidak bisa menyimpulkan apa yang terjadi antar kau dan pria tadi “
Kim Ryeon tertawa lebar , “ Jadi kau
masih memikirkan itu ? Oke, aku akan ceritakan semuanya, jadi kemarin aku
berbelanja di supermarket, aku bertemu Hee Deok disana , dia lupa membawa
dompet untuk membayar belanjaannya dan aku menolongnya “ ujar Ryeon.
“ Menolong ?”
“ Ya, aku membayar semua
belanjaannya dan dia merasa berhutang padaku dan aku memintanya untuk mengganti
semua itu dengan jus di cafenya “ tambah Ryeon.
Jeong mengangguk-angguk tanda paham.
Ia lalu membuka tas make-up nya untuk membenarkan make-up nya sebelum kembali
ke kantor. Ryeon menghela napas panjang,
ia merasa lega karena Jeong tidak menanyakan padanya kenapa ia menolong
Deok, karena ia sendiri juga tidak tahu.
XXXXXXXX
Deok melepas baju pegawai yang
dipakainya dan menggantungnya di gantungan baju di balik pintu dapur. “ Tuan ,
sampai kapan tuan berpura-pura menjadi pegawai biasa seperti ini ? “ Tanya
salah seorang pegawainya. “ AKu tidak akan berhenti menyamar sampai kapanpun
“ Deok menjawabnya sengan mantap.
Pegawainya hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar keputusan managernya
itu.
Hee Deok sebenarnya adalah manager
café tersebut. Ayahnya adalah perintis sekaligus pemilik café itu, dan karena
ia sudah tidak memungkin untuk tetap di café ia pun menunjuk Deok sebagai
manager. Sejak awal karirnya sebagai manager Deok selalu mengenakan seragam
yang sama dengan semua pagawainya, ia juga tidak pernah bersikap sok bos
didepan pegawainya. Bahkan semua pegawainya tidak sungkan untuk menyuruh-nyuruh
Deok karena memang Deok tidak keberatan dengan hal itu.
XXXXXXXX
“
Kim Ryeon, aku tidak percaya pegawai yang sudah aku percaya sepertimu membuat
kesalahan yang seharusnya tidak dibuat oleh orang lama sepertimu ! Laporan ini
lebih mirip artikel anak SMA yang tidak pantas untuk kita kirim ke perusahaan
relasi kita ! Aku sudah mempercayaimu sampai mengangkatmu di posisi sekarang
tapi apa ini ? “
Hari ini sesuatu terjadi pada
pekerjaannya. Entah mengapa semua pekerjaan yang sudah dikerjakannya dengan
kerja keras ditolak begitu saja oleh bosnya. Bahkan bosnya tidak menghargai
pekerjaannya dan memarahinya habis-habisan. Ryeon merasa sangat putus asa.
Tiba-tiba
Ryeon terbayangkan dengan rasa jus di
café Deok. Entah mengapa setelah meminum jus itu ia merasa lebih baik, lebih
bersemangat dan lebih lebih lainnya. Setiap hari ia memang membuat jus sendiri
di rumahnya tapi tidak seenak jus di café Deok tadi.
Ryeon berencana sepulang kerja nanti
ia akan mampir kesana untuk membeli beberapa jus untuk persediaan di rumahnya.
Menurutnya jika ia bisa terus meminum jus itu ia bisa lebih tenang dan
bersemangat.
Sepulang kerja Ryeon mengemudikan
mobil nya menuju jalan dimana café jus itu berada. Ryeon sudah tidak sabar
untuk meminum jus disana. Tegukan demi tegukan yang masuk ke dalam tubuhnya
seperti aliran semangat untuk dirinya.
Ryeon menghentikan mobilnya di depan
café. Café itu sedikit lebih ramai dibanding hari dimana ia pertama kali
datang. Sudah satu minggu Ryeon mengenal Hee Deok. Mereka sering saling
menelepon atau berkirim pesan singkat.
“ Selamat sore nona, anda ingin jus
? Hari ini special jus mangga asli dari Bangkok Thailand
dengan sedikit tambahan limun , anda mau mencobanya ? Silahkan duduk “ sapa seorang gadis riang di balik meja bar.
Ryeon mengangguk, tersenyum samar lalu
duduk di salah satu kursi tinggi. Gadis itu nampak segera berlari ke dapur.
Mata Ryeon menyapu seluruh sudut, ia
mencari seseorang. Hee Deok. Pria itu tidak terlihat berada di sana, di sini, di mana
saja. Lonceng di pintu dapur berbunyi saat seseorang membuka pintunya. Ryeon
berbalik ke arah
pintu dan
melihat siapa yang baru keluar dari dapur.
“ Selamat sore Kim Ryeon “ sapa Hee
Deok . “ Sore “ jawab Kim Ryeon ringan. Tanpa diperintah Hee Deok segera berdiri
di depan meja yang diatasnya sudah tertata rapi beberapa buah dan sebuah
blender. Ryeon melipat kedua tangannya dan ditopangkannya dagunya. Ia
memperhatikan Deok yang sedang menyiapkan jus untuknya.
Sejauh ini cara pria itu membuat jus
tidak berbeda dengan caranya membuat jus. Cara pria itu memotong buah,
memasukkan potongan buah ke dalam blender semua tidak berbeda dengan caranya
membuat jus. Tapi mengapa rasanya bisa berbeda.
“ Silahkan nona Ryeon “ Deok
meletakkan segelas jus mangga dengan sedikit tambahan limun di depan Ryeon. “
Terimakasih “ ujar Ryeon lalu segera meneguk jus itu. Benar saja setelah
meminum jus itu, rasa lelah dalam tubuhnya perlahan menghilang, sekarang ia
lebih tenang. Karena jus Hee Deok atau karena berada di dekat Hee Deok ? .
Ryeon menghabiskan jus itu dalam
waktu kurang dari 5 menit. Dalam waktu kurang dari 5 menit itulah perasaannya merasa
lebih baik. Penat yang dirasakannya sewaktu di kantor seperti menguap begitu
saja. “ Oh ya Deok, aku ingin membeli jus untuk persediaanku dirumah “ ujar Kim
Ryeon sambil mengeluarkan sebuah botol plastic dari tasnya.
“ Kalau kau suka jus ini , aku mau
membuatkannya tiap hari untukmu” ucap Hee Deok. Mendengar ucapan Deok, Ryeon
merasa ada sesuatu yang menyeruak di dadanya. Rasanya sama seperti ketika ia
jatuh cinta pada pacar pertamanya di waktu SMA. Ryeon masih mencoba
menghilangkan pikiran-pikiran aneh itu.
“ Jadi, bagaimana nona Ryeon ? “
Tanya Hee Deok lagi. Kim Ryeon masih belum menjawab, ia tidak tahu harus
mengiyakan tawaran Deok atau menolaknya. Sekarang yang ada di pikirannya
adalah, ia menyukai jus buatan Deok dan dia ingin meminumnya setiap saat.
“ Nona Ryeon, aku mengenakan biaya
untuk siapapun yang melamun disini “ gurau Deok. Ryeon terkesiap, entah sudah
beberapa menit ia larut dalam lamunannya, “Oh ? Ya, ya boleh saja “ hanya itu
yang mampu meluncur dari mulutnya.
“ Setiap kau butuh jus ku, telepon
saja aku, aku akan datang padamu untuk memberimu jus buatanku “ tambah Hee Deok
lagi kali ini senyum manisnya terlukis di wajah lembutnya. Badan Ryeon mendadak
dingin dan ia merasa sangat gugup. Oh
Tuhan, kembalikan diriku yang semula.
XXXXXXXXXX
Setiap
kau butuh jus ku, telepon saja aku, aku akan datang padamu untuk memberimu jus
buatanku. Kalimat itu
meluncur begitu saja dari mulutnya. Entah gadis itu menyadari maksudnya atau
tidak. Sebenarnya dibalik kalimat itu ia ingin mengatakan “Setiap kau butuh aku, telepon saja aku, aku akan datang”. Hari
ini, saat ia melihat gadis itu, wajah gadis itu tidak seceria biasanya. Ia
yakin gadis itu sedang ada masalah.
Sejak pertama bertemu dengan Kim
Ryeon, Hee Deok terus terpikirkan gadis itu. Bukan karena gadis itu pernah
menolongnya tapi karena gadis itu tiba-tiba saja membuatnya merasakan hal yang
lain. Deok terakhir kali menjalin hubungan dengan seorang wanita ketika ia
duduk di bangku SMA, dan setelah kekasihnya itu menikah dengan orang lain , Deok
tidak pernah merasakan dentuman detak jantung seperti ini. Dan sekarang gadis
itu, Kim Ryeon membuatnya merasakan dentuman detak jantung itu lagi.
Deok duduk di salah satu kursi
tinggi di depan meja bar. Beberapa menit yang lalu, Ryeon meninggalkan cafenya
dengan senyum dibibirnya. Sepertinya gadis itu memang merasa lebih baik setelah
meminum jus buatannya. Sedangkan dirinya sendiri, merasa sedikit tenang bisa
membantu gadis itu. Entah itu berarti atau tidak.
“ Hei, bukankah kau Hee Deok ? “
sapa seorang gadis yang sedang berdiri dengan tangan menggandeng lengan seorang
pria. Deok mencoba mengingat wajah gadis itu. Itu Ji Jeong, gadis yang datang
bersama Ryeon siang itu.
“ Nona Jeong ? “ .
“ Bagus, Kau masih mengenaliku
rupanya, aku membawa kekasihku kesini agar dia bisa merasakan enaknya jus
disini , Hyun-ki Oppa ini Hee Deok , Hee ini Hyun-ki “ . Dua pria itu berjabat
tangan. Deok mempersilahkan Jeong dan Hyun-ki duduk.
“ Ryeon baru saja kemari “ ujar Deok
saat mengantarkan pesanan Jeong ke mejanya dan ikut duduk di salah satu kursi
di sana. “
Ryeon ? untuk apa dia kesini ? “ . “ Untuk membeli jus “ jawab Hee Deok. “
Kurasa, Ryeon menyukaimu Hee “ . Hee Deok membelalak kan matanya lebar. “ Hei, Jeong kau jangan
asal bicara “ ujar Hyun-ki pada kekasihnya itu.
Deok masih diam. Ucapan Jeong yang
baru saja meluncur dari mulutnya, ia tidak berharap itu gurauan. Ia bahkan
tidak mempedulikan pasangan dihadapannya yang sedang berdebat hebat. Deok
berharap ucapan Jeong benar. Ryeon menyukainya. Seperti ia menyukai Ryeon.
“ Hee Deok ? Helooo ? Hee Deok ? “
Ji Jeong nampak melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Deok. Deok pun
terkejut dan berusaha bersikap normal,” Ya, ya ? “. Jeong mendengus, “ Asal kau
tahu saja, Ryeon suka sekali menceritakanmu, pesan singkatmu, jus buatanmu,
kurasa dia menyukai jus buatanmu, atau mungkin dirimu , haha “ gurau Jeong.
“ Ji Jeong, hentikan omong kosongmu,
kau jangan membuat Deok ilfeel padamu”
ujar Hyun-ki menghentikan ocehan kekasihnya itu. Hee Deok hanya tersenyum melihat
perdebatan singkat Ji Jeong dan Hyun-ki. Malam ini Hee Deok berencana untuk
mendatangi rumah Ryeon untuk menanyakan hal itu. Ia sudah tidak mampu menahan
perasaannya. Hee Deok merasa semakin kehilangan kewarasannya.
XXXXXXXX
“
Tok….tok….tok “
Ryeon mendengar suara orang mengetuk
pintu. Tapi siapa yang datang , ia tidak merasa membuat janji dengan siapapun.
Ji Jeong juga baru saja menelponnya. Tidak mungkin gadis itu tiba-tiba
kerumahnya. Ryeon membuka pintu rumahnya dengan hati-hati. Saat pintu sudah
terbuka, nampak Hee Deok berdiri di sana
dengan kemeja dan celana jins, tanpa seragam café.
“ Hee Deok ? Bagaimana kau bisa tahu
aku tinggal disini ? “ Tanya Ryeon heran, ia ingat benar kalau ia belum memberi
tahu dimana ia tinggal pada Hee Deok.
Hee Deok tersenyum, senyum yang
membuat Kim Ryeon merasakan angin disekitarnya bertiup lebih kencang, “ Tadi
nona Jeong memberi tahuku saat dia datang ke café ku bersama kekasihnya “.
“ Masuklah “.
Ryeon mempersilahkan Deok masuk
kerumahnya, ke ruang tengah rumahnya, “ Jadi, ada apa Hee Deok ? “ . Deok
mengacungkan botol plastik yang sudah dibawanya “ Layanan jus “. Ryeon
tersenyum, “ Tapi aku tidak meneleponmu ? “
Hee Deok melepas syal yang melilit
di lehernya, “ Tadi nona Jeong sempat menceritakan apa yang terjadi padamu di
kantormu, aku pikir kamu merasa kurang baik “
papar Hee Deok .
Kim Ryeon tercengang, bagaimana pria
ini bisa tahu ? . Jujur saja sampai detik ini ia memang merasa belum terlalu
baik. Ia masih merasa sakit hati dengan perlakuan bosnya terhadap dirinya.
Bahkan tadi ia baru saja menangis.
“ Hee Deok ?”
“ Ya nona Ryeon ? “
“ Kau tahu ? Aku selalu merasa lebih
baik setelah meminum jus buatanmu, jangan tanya mengapa karena aku sendiri
tidak tahu “
Hee Deok memperhatikan gadis di
hadapannya. Mata gadis itu sembab, sepertinya peristiwa dikantornya tadi
benar-benar membuatnya sakit hati. Gadis
yang malang.
“ Maaf nona Ryeon, kalau kau butuh orang untuk mendengarkan mungkin aku bisa
menjadi pendengar yang baik “.
Kim Ryeon tersenyum, “ Aku baik-baik
saja Deok, aku yakin pasti semua orang pernah mengalami hal ini, kau sendiri
apa selama bekerja di café itu bosmu tidak pernah memarahimu atau tidak
menghargai pekerjaanmu? “ suara gadis itu berubah serak sepertinya menahan
tangis .
Tidak.
Karena akulah bos di café itu. Itu
yang seharusnya diucapkan Hee Deok, tapi pria itu mengurungkan niatnya. Belum
saatnya Kim Ryeon tahu siapa dirinya sebenarnya. Hee Deok mengubah posisi
duduknya disebelah Ryeon. Kedua tangannya mencengkeram bahu Ryeon berusaha
memberi semangat. Semampunya.
Kim Ryeon tidak mampu membendung
emosinya. Air mata yang ditahannya akhirnya tumpah juga. Bahunya terguncang
karena tangisnya. Ia tidak pernah merasa sesakit hati ini.
Hee Deok terkejut melihat Kim Ryeon
menangis. Ya, gadis itu menangis. Tiba-tiba saja naluri Hee Deok mendorongnya
untuk membenamkan kepala gadis itu dalam pelukannya. Gadis itu tidak menolak
perlakuannya. Ia membiarkan gadis itu menangis dalam pelukannya. Dan berharap
gadis itu merasa lebih baik.
Beberapa menit kemudian guncangan
bahu Kim Ryeon mereda. Tanda tangisnya pun telah mereda. Ia baru sadar kalau
sekarang ia ada di pelukan Hee Deok membuat kemeja pria itu basah oleh air
matanya. Kim Ryeon segera menarik kepalanya dan membenarkan posisi duduknya
sedikit menjauhi Deok.
“ Maaf.. “ ucap mereka bersamaan.
Hening. “ Aku … “ ucap mereka bersamaan lagi. Hee Deok diam, memberikan celah
untuk Kim Ryeon bicara. “ Maaf, aku membuat kemejamu basah “ . Hee Deok hanya
tersenyum lalu mengacak rambut Ryeon, “ Tidak masalah Kim Ryeon, sekarang kau
merasa lega ?” . Kim Ryeon mengangguk, ia memang merasa lebih lega setelah
menangis, ia merasa lebih tenang sekarang.
“ Sekarang minumlah jus ini “ Deok
menyerahkan botol jus itu pada Ryeon. Ryeon menerima jus itu lalu segera
meminumnya. Entah mengapa sekarang ia merasa sangat baik, sakit hati yang
sedari tadi ditahannya seperti lenyap begitu saja. Hee Deok , terimakasih.
XXXXXXXXX
“ Selamat Pagi Kim Ryeon “ sapa Ji
Jeong saat mereka berpapasan di tempat parkir. Ji Jeong melihat sahabatnya itu
tidak lagi murung seperti kemarin. Ia yakin apa yang dikatakannya pada Deok
kemarinlah yang membuat Ryeon berseri-seri pagi ini. “ Selamat pagi nona Jeong
yang sudah dengan lancang memberitahukan alamat rumahku pada Hee Deok” jawab
Ryeon dengan nada bicara pura-pura kesal.
Ji Jeong tertawa lebar, “ Ku kira
kau senang jika Hee Deok datang kerumahmu “. Ji Jeong benar,Ryeon merasa senang
dengan kehadiran Hee Deok atau lebih tepatnya jus Hee Deok. Entah mengapa
sampai sekarang Ryeon belum berani meyakinkan dirinya akan perasaannya. Ia
memang sering merasa lain di dekat Deok tapi ia belum berani memutuskan apakah
itu benar jatuh cinta.
Ryeon dan Jeong berjalan beriringan
memasuki kantor. Jeong terus menggoda Ryeon dan Ryeon hanya diam merasakan
jantungnya tidak karuan dan pipinya merona malu. Oh Ji Jeong,hentikan ini semua.
XXXXXXXX
Satu bulan sudah berlalu. Semenjak
malam itu, Hee Deok lebih sering menelepon Kim Ryeon. Hampir setiap malam
mereka berbincang lewat telepon. Kim Ryeon juga sering menelepon untuk meminta
jus. Atau sebenarnya gadis itu ingin Deok mendatanginya.
Selama satu bulan itu pulalah mereka
menyimpan dengan baik apa yang mereka rasakan. Niat Deok untuk menanyakannya
selalu diurungkannya karena ia takut gadis itu menjauhinya. Dan Ryeon sendiri
terlalu takut untuk mengungkapkannya. Hubungan yang aneh.
Hari ini Kim Ryeon sedang merapikan beberapa
pakaiannya saat Hee Deok meneleponnya, “ Ya, Halo ? “ | “ Sedang sibuk ? “ | “
Tidak, hanya sedang merapikan pakaian “ | “ Bersiaplah, aku akan menjemputmu
sekarang “ |. Belum sempat Ryeon menjawab , Deok memutuskan panggilan dari sana. Ia lalu melempar
ponsel ke ranjang. Ia masih bingung Deok akan membawanya kemana.
Kim Ryeon memperhatikan pakaian yang
sedang dirapikannya. Deok tidak memberitahunya akan mengajaknya kemana. Ryeon
memilih style casual saja . Ia memilih celana panjang berbahan ringan berwarna
coklat dan sweeter berwarna putih. Ia juga tidak mengenakan make up yang tebal.
Kim Ryeon keluar kamar dan memilih
sepatu. Lagi-lagi karena takut salah lokasi ia pun memilih sepasang sepatu
ringan yang biasa ia pakai untuk jalan-jalan bersama Jeong. Beberapa menit
kemudian terdengar suara pintu di ketuk. Ryeon segera berlari menuju pintu
dengan harapan itu Deok, saat pintu terbuka yang berdiri disana adalah Ji Jeong
dan Hyun-ki.
“ Hai ! “ sapa mereka berdua
bersamaan. Ryeon memutar bola matanya, untuk apa dua orang ini datang kemari di
saat ia akan pergi dengan Deok, “Ada
apa ?” Tanya Ryeon ketus. Dua orang itu nampak tertawa-tawa malu , “ Hari ini
adalah anniversary kami “ . Ryeon menghela napas panjang, “ Lalu ? “ . “ Untuk
merayakannya kami ingin mengajakmu ke Lotte World “ ujar mereka berdua
bergantian.
Karena ia sudah punya janji dengan
Deok ia pun berusaha menolak, “ Tapi aku..” . Belum sempat Ryeon melanjutkan
ucapannya, Jeong sudah menariknya menuju mobil Hyun-ki, “ Kim Ryeon , kau tidak
mungkin mau membuat sahabatmu ini sakit hati “ .
Suasana di dalam mobil sangat
bertolak belakang. Jeong dan Hyun-ki sibuk menyanyi karena mereka sedang
berbahagia, sedangkan Ryeon ia hanya diam memperhatikan jalan sambil sesekali
menengok ponselnya. Pria itu tidak meneleponnya. Akhirnya Ryeon memberanikan
diri menelepon Deok, hanya nada panggil yang terdengar . Pria itu tidak
menjawab panggilan Ryeon. Ryeon mencoba lagi dan lagi tapi tetap saja Deok
tidak menjawab panggilannya.
Mobil Hyun-ki berhenti di lapangan
parkir Lotte World. Taman hiburan itu memang
tidak pernah sepi pengunjung. Ryeon turun dari mobil tanpa semangat. Ia tidak
tahu apakah Deok akan marah padanya karena ia membatalkan janji begitu saja
tanpa memberi tahu. Tapi, salah sendiri ia tidak membalas teleponku.
“ Ayolah Ryeon, bersenang-senanglah
“ Jeong menggandeng tangan Ryeon menyusul Hyun-ki yang sudah lebih dulu
berjalan dan sekarang sedang mengantri tiket. Setelah tiket sudah di depat,
ketiganyapun masuk. Jeong yang dari tadi menggandeng Ryeon kini beralih
menggandeng Hyun-ki dan membiarkan Ryeon berjalan sendiri. Keadaan semakin malang dilihat. Setelah
sibuk memilih wahana akhirnya pasangan itu memutuskn untuk bermain ice skating.
Entah apa yang mendorong mereka memilih arena ice skating untuk merayakan
anniversary mereka.
Ryeon ikut saja apa yang diinginkan
pasangan itu. Ia pun juga turut mengganti sepatunya dengan sepatu khusus untuk
bermain ice skating. Ryeon tidak terlalu ahli bermain ice skating tetapi
setidaknya ia bisa meluncur diatas es dengan lancer.
Dipikirannya sekarang hanyalah Hee
Deok. Pria itu masih belum menjawab panggilan Ryeon. Itulah yang membuat Ryeon
merasa mulai resah. Ia meluncur dengan tidak semangat di arena ice skating.
Lalu seorang anak mendekatinya. “Permisi nona ? “ Tanya anak itu. Kim Ryeon
memperhatikan anak dihadapannya, ia tidak mengenal anak itu sebelumnya. Ryeon menundukkan
badan dan berjongkok di depan anak itu, “ Ya, ada apa gadis kecil ? “. Anak itu tersenyum manis lalu menyerahkan
secarik kertas kecil pada Ryeon, “ini untukmu “ lalu anak itu kembali meluncur
menjauhi Ryeon.
“ LIHAT KE ATAS “ tulisan itulah yang
ada di kertas itu. Kim Ryeon hanya tersenyum, ia menyimpan kertas kecil itu
dalam saku sweeternya dan meluncur kecil. Mungkin itu hanya lelucon yang dibuat
anak kecil tadi. Saat Ryeon meluncur menjauhi tempatnya tadi beberapa orang
terkagum-kagum pada sesuatu. “ Wah… “ hanya itu yang didengar Ryeon.
Ryeon pun membalikkan badannya, di
belakangnya sebuah kain lebar berwarna putih turun dari atas dengan sebuah
tali. Kain itu bertuliskan “WILL YOU BE MY DESTINY KIM RYEON ? “ . Kim Ryeon
pun tertegun. Semua orang yang ada arena ice skating itupun bertepuk tangan
riuh. Ia melihat seorang pria yang sedang meluncur kearahnya. “ Jus nya nona ? “ Pria itu mengacungkan sebotol jus. “
Ku lihat kau terlihat kurang bersemangat saat memasuki tempat ini “ tambahnya.
Kim Ryeon tersenyum lebar. Ia
langsung menghambur ke pelukan Deok. Air mata kebahagiannya meluncur tiba-tiba
dari matanya. Ia tidak bisa menjelaskan apa yang ia rasakan sekarang. Senang,
terkejut, bahagia, terharu semua bercampur jadi satu. “ Jadi apa jawabanmu Kim
Ryeon ? “ Tanya Hee Deok saat Ryeon melepaskan pelukannya. Kim Ryeon masih
terdiam tapi bibirnya tak henti tersenyum .
“ Ayo nona, terima pria itu !! “
“ Iya nona, ayo terima !” teriak
beberapa pengunjung yang berada di arena ice skating itu.
Kim Ryeon melihat pria di depannya. Di
belakang pria itu ada dua orang yang juga ikut serta dalam acara kejutan hari
ini. Jeong dan Hyun-ki mengisyaratkan pada Ryeon untuk menerima Deok, “ Ayo
terima “ ucap mereka tanpa suara.
Kim Ryeon mengambil jus dari tangan
Deok. Lalu mengangguk pelan. Hee Deok yang tidak percaya dengan keputusan Ryeon
pun ingin mengengar dari mulut gadis itu langsung, “ Apa keputusanmu Ryeon ? “
. “ Aku menerima jus mu “ jawab Ryeon dengan menahan tawa. Hee Deok menunduk,
ternyata jawaban gadis itu tidak sesuai dengan harapannya.
Melihat reaksi Deok, Ryeon pun
tertawa lebar “ Dan juga dirimu Hee Deok “. Hee Deok menengadahkan kepalanya
menatap lurus ke arah Ryeon dengan pandangan tidak percaya. Langsung saja ia
meraih tubuh mungil Kim Ryeon memeluknya erat. Seluruh pengunjung termasuk
Jeong dan Hyun-ki bertepuk tangan.
“
Suatu kebohongan jika aku bilang aku lebih baik setelah meminum jusmu, tapi
sesungguhnya berada disampingmu lah yang membuatku lebih baik. Aku ingin selalu
meminum jusmu dan berada di samping Hee Deok. Selamanya.”
-Terkadang cinta datang
melalui hal-hal yang sederhana-.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar