Minggu, 23 November 2014

YOU’RE MY JUICE BOY




            Kim Ryeon merangkul beberapa dokumen yang baru selesai dikerjakannya. Pekerjaannya hari ini benar-benar melelahkan. Kim Ryeon bekerja di sebuah perusahaan besar di Korea Selatan tepatnya di kota Seoul.  Ia sudah bekerja disana selama hampir 2 tahun.  Karena prestasi dan dedikasi itu membuatnya mendapatkan posisi manager di kantor ini.
            “ Ryeon, aku mau pulang sekarang , kau mau pulang bersamaku ? “ Tanya Ji Jeong salah satu temannya.Ryeon menenteng tas tangannya, “ Boleh “ ia lalu berjalan menuju pintu untuk mendekati Jeong.
            Kim Ryeon dan  Ji Jeong masuk ke dalam mobil . Mereka adalah sahabat sejak SMA, Kim Ryeon adalah gadis cantik yang pintar tapi kurang pandai menyampaikan maksudnya di depan orang banyak, sedangkan Ji Jeong dia juga cantik tapi tidak terlalu pintar, tapi untuk urusan berbicara di depan orang banyak Ji Jeong adalah yang nomor satu.
            “ Terimakasih nona Jeong sudah mengantarkan tuan putri Ryeon pulang dengan selamat “ ucap Kim Ryeon setelah keluar dari mobil Ji Jeong sambil tersenyum geli. Jeong hanya tertawa lebar lalu melajukan mobilnya menjauhi rumah Ryeon.
            Ryeon mengaduk aduk tasnya mencari kunci rumahnya. Setelah menemukannya ia segera membuka pintu rumahnya. “ Selamat malam tuan putri Ryeon “ ucapnya saat memasuki rumahnya. Rumahnya sepi, seperti biasanya. KEdua orang tuanya sedang mengunjungi kakek dan neneknya untuk beberapa minggu.
            Kim Ryeon lahir di keluarga yang sangat menomor satukan kasih sayang. Sejak kecil ia tidak pernah kekurangan kasih saying dari kedua orang tuanya. Hanya saja ia tidak memiliki satupun saudara kandung, karena setelah melahirkan dirinya ada sesuatu terjadi pada ibunya sehingga sang ibu tidak memungkinkan untuk mengandung lagi.
            Untuk itulah kedua orang tuanya sangat mencintai Kim Ryeon sampai-sampai memanggil Ryeon dengan panggilan ‘tuan putrid Ryeon’. Ryeon tidak pernah menolak panggilan itu, karena baginya itulah bukti cinta kedua orang tuanya padanya.
            Suara gaduh terdengar dari dapur. Kim Ryeon sedang memasak makan malam untuknya sendiri malam ini. Malam ini pilihannya jatuh pada mi instant. Selain karena ia sudah kehabisan akal untuk memasak ia juga kehabisan bahan makanan untuk dimasak.
            “ Aku harus belanja besok “ gumam Ryeon di sela-sela makannya. Setelah makan malam ini ia berencana untuk melanjutkan pekerjaan kantornya yang belum selesai dikerjakannya tadi.
            Ryeon menyalakan laptonya dan mulai membuka-buka dokumen yang dibawanya dari kantor. Setengah jam kemudian, layar laptopnya telah berubah menjadi hitam, sepertinya mode Sleep tidak hanya berlaku untuk laptonya tapi juga untuk dirinya sendiri.
                                                            XXXXXXX
            Suasana supermarket hari minggu bisa dikatakan lebih ramai dibanding taman kota. Orang yang berbelanja di hari Minggu pastilah orang sibuk seperti Ryeon sampai tidak bisa belanja di hari lain. Ryeon mendorong trolly yang baru terisi beberapa barang menuju ke rak buah.
            Ryeon sangat menyukai buah. Ia tidak pernah membiarkan kulkasnya tidak terisi buah. Setelah mengambil beberapa buah Ryeon berjalan santai dengan mendorong trollynya menuju kasir. Antrian kasir di hari Minggu lebih menakutkan dibanding kan antrian tiket konser boyband.
            Ryeon memperhatikan pria yang tengah berdiri di depannya. Pria itu menggendong bebeapa buah di pelukannya. Pria yang aneh, bukankah dia bisa memakai keranjang. Pikir Ryeon.
            “ Maaf aku lupa membawa dompetku , bisakah aku membawa buah ini aku pasti akan kembali untuk membayarnya “ ujar pria itu saat kasir sudah selesai menghitung belanjaannya.
            “ Tidak bisa tuan, anda harus membayar belanjaan anda kalau ingin membawanya pulang “  jawab petugas kasir.
            Ryeon yang berdiri tepat dibelakang pria itupun mendengar semua percakapan antara pria itu dan petugas kasir. Pria itu hanya membeli dua buah mangga dan sekotak leci dan sepertinya pria itu sangat membutuhkan buah itu. Ryeon rasa uangnya tak akan habis jika membayar juga belanjaan pria itu, tidak apalah sesekali menolong orang. Pikirnya.
            “ Bisa tolong kau hitung belanjaanku ? “ ujar Ryeon membuat petugas kasir mengalihkan pandangannya ke arah Ryeon. Begitu juga pria itu.
            “ Sebentar nona, aku akan menghitungnya setelah pria ini mau meninggalkan belanjaannya “ jawab petugas kasir.
            “ Aku akan membayar belanjaan pria ini juga, segera hitung belanjaanku “ ujar Ryeon. Pria itu membelalakkan matanya mendengar ucapan Ryeon. “ Belanjaanmu sudah dibayar nona ini, sekarang pergilah “ ucap petugas kasir itu pada pria pembeli buah itu. Pria itu berjalan meninggalkan kasir sambil sesekali menengok ke arah Ryeon.
            Ryeon keluar supermarket membawa belanjaan di tangannya. Ia sudah membayangkan akan memasak makanan enak dengan bahan yang dimilikinya sekarang. Ia juga sudah membayangkan segarnya buah-buahan yang sudah dibelinya.
            “ Nonaa.. hei nonaa “ panggil seseorang saat Ryeon berjalan menuju mobilnya. Ryeon berbalik dan ternyata pria pembeli buah itulah yang memanggilnya, “ Ya ? “.
            “ Boleh aku tahu dimana kau tinggal ?” tanya pria itu dengan nafas tersengal-sengal karena berlari mengejar Ryeon. “ Untuk apa ? “Tanya Ryeon balik. “ Aku ingin berterimakasih , ah maksudku kau sudah membayar belanjaanku kalau aku ingin tahu dimana kau tinggal untuk mengganti uangmu “ papar pria itu.
            Ryeon tersenyum, “ Kau tidak usah mengganti uangku, anggap saja aku menolongmu “ . Pria itu nampak bingung, “ Tapi nona, orang tuaku tidak mengajarkan untuk tinggal diam jika seseorang yang belum kita kenal membantu kita, apalagi ini soal uang “ . Kali ini Ryeon hanya tertawa tanpa menanggapi perkataan pria itu.
            Ryeon memperhatikan pria di depannya. Pria itu mengenakan seragam ,di dada kanan seragam yang dikenakannya ada tulisan yang terbordir dengan benang warna kuning. “ Juice House”.
            “ Bagaimana kalau sebagai gantinya kau memberiku segelas jus ? ucap Ryeon. Pria itu nampak lebih bingung, “ Bagaimana anda tahu saya bekerja di café jus ? “ . Ryeon menunjuk tulisan di baju pria itu. Pria itu menepuk dahinya sambil tertawa lebar, “ Aku memang pelupa “ .
            “ Oh ya, siapa namamu? Bukankah aku harus tahu namamu supaya saat aku ke café mu nanti aku bisa segera menemukanmu “
            “ Namaku Hee Deok , anda sendiri ? “
            “ Namaku Ryeon, Kim Ryeon dan berhentilah memanggilku ‘anda’ karena kurasa tidak seumuran “
            Deok tertawa mendengar ucapan Ryeon. Ia lalu melirik arlojinya. Sudah waktunya ia kembali ke café. Ia segera berpamitan pada Ryeon dan pergi dengan sebuah taksi.

                                                XXXXXXXX
            “ Jeong , apa nanti siang kau ada janji makan siang dengan Hyun-ki kekasihmu itu ? “ Tanya Ryeon saat ia dan Jeong berjalan bersama memasuki kantor. Jeong nampak mengingat-ingat apa ia ada janji dengan kekasihnya. “ Kurasa tidak, Hyun-ki sedang keluar kota hari ini, memangnya ada apa ? Kau mau mentraktir aku makan siang ? “ mata Jeong berbinar-binar.
            “ Mentraktirmu ? Makanmu saja  rakus seperti raksasa aku  mungkin bisa kehabisan uang untuk mentraktirmu “ ujar Ryeon menahan tawa, ia memang suka sekali menggoda sahabatnya itu.
            “ Apa maksudmu ? Ayolah Ryeon , sudah lama kamu tidak mentraktir aku “  rengek Jeong seperti anak usai 5 tahun yang meminta balon pada orang tuanya. “ Haha, Baiklah nona Jeong, nanti siang kita makan siang bersama, aku yang traktir “. “ Yes, terimakasih tuan putri Ryeon” teriak Jeong bersemangat. Ia berjalan riang menuju ruangannya, sebelum masuk ruang ia berhenti di depan pintu dan berbalik. “ Kita mau makan siang dimana ? “ . “ Kau akan tahu nanti” jawab Ryeong lalu memasuki ruangannya,
           
                                                            XXXXXX
            Jam di ruangan Ryeon sudah menunjukkan pukul 12 siang. Ia yakin sekali sebentar lagi Jeong akan masuk ke ruangannya dan berkoar-koar padanya untuk segera berangkat makan siang. Benar saja dugaannya, beberapa menit kemudian Ji Jeong sudah masuk ke ruangan Ryeon tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
            “ Tuan putri Ryeon, apa kita akan pergi sekarang ? “ . Ryeon hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku sahabatnya itu. Ia lalu mengambil tas dan mantel nya lalu berjalan keluar ruangannya.
            “ Sebenarnya kita mau makan siang dimana Ryeon, aku tidak mau kau bersikap seperti Hyun-ki yang suka merahasiakan tempat makan malam “ ujar Jeong , sekarang mereka sudah berada di dalam mobil Ryeon.
            “ Ku kira kau sudah terbiasa dengan hal itu “ jawab Ryeon, tawa singkat mengiringi ucapannya.
            Jeong mendengus kesal.
            Ryeon menghentikan mobilnya di depan sebuah café kecil dengan warna dominant hijau muda. “ JUICE HOUSE” tulisan yang sama dengan tulisan pada baju seragam Deok, ia tidak mungkin salah. Ada beberapa pegawai yang memakai seragam yang sama dengan yang dipakai Deok malam itu.
            “ Ayo Jeong, kita akan makan disini “ . Ryeon lalu turun dari mobil begitu juga Jeong. “ Ku kira kita akan makan di restoran Itali “ ucap Jeong sambil membenarkan pakainnya yang sedikit kusut.
            “ Permisi, apa Hee Deok bekerja disini ? “ Tanya Ryeon pada salah satu pegawai yang tengah mengelap meja. Pria itu nampak sangat ramah, ia lalu mempersilahkan Ryeon dan Jeong duduk di salah satu kursi dan pamit memanggilkan Deok yang mungkin berada di dapur.
            Beberapa menit kemudian orang yang dicari pun keluar. Hee Deok keluar menemui Ryeon dan Jeong. “ Ternyata kau benar-benar datang” katanya saat sudah berdiri di hadapan Ryeon dan Jeong yang spontasn berdiri saat Deok datang.
            “ Orang tuaku tidak mengajarkanku untuk tidak menepati ucapan “ jawab Ryeon seraya tersenyum manis. Jeong yang tidak tahu apa-apa merasa sedikit aneh. “ Ryeon jangan katakan kau melibatkanku di acara makan siangmu dengan calon pacarmu “ ucap Jeong dengan nada bicara tanpa dosa. Ryeon melirik tajam ke arah Jeong lalu mencubit lengan sahabatnya.
            “ Oh sebaiknya aku tidak membiarkan tamuku menunggu lama, tunggu sebentar nona-nona” ucap Deok lalu berlari kecil ke balik bar. Sepeninggal Deok, Ryeon dan Jeong duduk kembali. “ Jelaskan padaku, siapa pria itu dan apa alasannya kau mengajakku kesini “ Jeong meminta penjelasan. “ Diamlah Ji Jeong, akan kuceritakan nanti di perjalanan pulang “ .
            10 menit menunggu, Deok keluar dengan nampan berisi dua gelas jus berwarna orange cerah. Serutan es batu dipuncaknya membuatnya terlihat sangat menyegarkan. Tanpa sadar Ryeon menelan ludahnya melihat jus dihadapannya itu.
            “ Silahkan nona-nona , ini jus terbaik di café ini “ jelas Deok . Dua gadis itu segera meneguk minuman itu cepat. “ Ahh…” hanya itu yang keluar dari mulut mereka. Itu sudah mewakili kalimat  Jus yang sangat menyegarkan .
            Selain menyajikan jus, Deok juga menyajikan beberapa makanan untuk Ryeon dan Jeong. Setelah semua makanan itu habis, Ryeon meminta bil untuk membayar semua makanan yang sudah disajikan. “ Deok, aku minta bil untuk semua makanan ini “ . Hee Deok tertawa “ Untuk apa ? Kau lupa ? Ini sebagai ganti hari itu “ . Ryeon hanya tersenyum lalu pamit untuk kembali ke kantor karena jam makan siang sudah berakhir.
            Jeong masih belum bisa menyimpulkan apa yang terjadi antara sahabatnya dan pria café jus itu. “ Ini sebagai ganti hari  itu “ . Apa maksudnya ? Apa yang dilakukan Ryeon pada pria itu sampai pria itu merasa harus menggantinya ?
            “ Kim Ryeon, aku ingin kau menjelaskan semua nya sekarang sebelum kau membuat sahabatmu ini gila karena tidak bisa menyimpulkan apa yang terjadi antar kau dan pria tadi “
            Kim Ryeon tertawa lebar , “ Jadi kau masih memikirkan itu ? Oke, aku akan ceritakan semuanya, jadi kemarin aku berbelanja di supermarket, aku bertemu Hee Deok disana , dia lupa membawa dompet untuk membayar belanjaannya dan aku menolongnya “ ujar Ryeon.
            “ Menolong ?”
            “ Ya, aku membayar semua belanjaannya dan dia merasa berhutang padaku dan aku memintanya untuk mengganti semua itu dengan jus di cafenya “ tambah Ryeon.
            Jeong mengangguk-angguk tanda paham. Ia lalu membuka tas make-up nya untuk membenarkan make-up nya sebelum kembali ke kantor. Ryeon menghela napas panjang,  ia merasa lega karena Jeong tidak menanyakan padanya kenapa ia menolong Deok, karena ia sendiri juga tidak tahu.
                                                            XXXXXXXX
            Deok melepas baju pegawai yang dipakainya dan menggantungnya di gantungan baju di balik pintu dapur. “ Tuan , sampai kapan tuan berpura-pura menjadi pegawai biasa seperti ini ? “ Tanya salah seorang pegawainya. “ AKu tidak akan berhenti menyamar sampai kapanpun “  Deok menjawabnya sengan mantap. Pegawainya hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar keputusan managernya itu.
            Hee Deok sebenarnya adalah manager café tersebut. Ayahnya adalah perintis sekaligus pemilik café itu, dan karena ia sudah tidak memungkin untuk tetap di café ia pun menunjuk Deok sebagai manager. Sejak awal karirnya sebagai manager Deok selalu mengenakan seragam yang sama dengan semua pagawainya, ia juga tidak pernah bersikap sok bos didepan pegawainya. Bahkan semua pegawainya tidak sungkan untuk menyuruh-nyuruh Deok karena memang Deok tidak keberatan dengan hal itu.
           
                                                            XXXXXXXX

            “ Kim Ryeon, aku tidak percaya pegawai yang sudah aku percaya sepertimu membuat kesalahan yang seharusnya tidak dibuat oleh orang lama sepertimu ! Laporan ini lebih mirip artikel anak SMA yang tidak pantas untuk kita kirim ke perusahaan relasi kita ! Aku sudah mempercayaimu sampai mengangkatmu di posisi sekarang tapi apa ini ? “
            Hari ini sesuatu terjadi pada pekerjaannya. Entah mengapa semua pekerjaan yang sudah dikerjakannya dengan kerja keras ditolak begitu saja oleh bosnya. Bahkan bosnya tidak menghargai pekerjaannya dan memarahinya habis-habisan. Ryeon merasa sangat putus asa.
Tiba-tiba Ryeon  terbayangkan dengan rasa jus di café Deok. Entah mengapa setelah meminum jus itu ia merasa lebih baik, lebih bersemangat dan lebih lebih lainnya. Setiap hari ia memang membuat jus sendiri di rumahnya tapi tidak seenak jus di café Deok tadi.
            Ryeon berencana sepulang kerja nanti ia akan mampir kesana untuk membeli beberapa jus untuk persediaan di rumahnya. Menurutnya jika ia bisa terus meminum jus itu ia bisa lebih tenang dan bersemangat.
            Sepulang kerja Ryeon mengemudikan mobil nya menuju jalan dimana café jus itu berada. Ryeon sudah tidak sabar untuk meminum jus disana. Tegukan demi tegukan yang masuk ke dalam tubuhnya seperti aliran semangat untuk dirinya.
            Ryeon menghentikan mobilnya di depan café. Café itu sedikit lebih ramai dibanding hari dimana ia pertama kali datang. Sudah satu minggu Ryeon mengenal Hee Deok. Mereka sering saling menelepon atau berkirim pesan singkat.
            “ Selamat sore nona, anda ingin jus ? Hari ini special jus mangga asli dari Bangkok Thailand dengan sedikit tambahan limun , anda mau mencobanya ? Silahkan duduk “  sapa seorang gadis riang di balik meja bar. Ryeon mengangguk, tersenyum  samar lalu duduk di salah satu kursi tinggi. Gadis itu nampak segera berlari ke dapur.
            Mata Ryeon menyapu seluruh sudut, ia mencari seseorang. Hee Deok. Pria itu tidak terlihat berada di sana, di sini, di mana saja. Lonceng di pintu dapur berbunyi saat seseorang membuka pintunya. Ryeon berbalik ke arah
pintu dan melihat siapa yang baru keluar dari dapur.

            “ Selamat sore Kim Ryeon “ sapa Hee Deok . “ Sore “ jawab Kim Ryeon ringan. Tanpa diperintah Hee Deok segera berdiri di depan meja yang diatasnya sudah tertata rapi beberapa buah dan sebuah blender. Ryeon melipat kedua tangannya dan ditopangkannya dagunya. Ia memperhatikan Deok yang sedang menyiapkan jus untuknya.
            Sejauh ini cara pria itu membuat jus tidak berbeda dengan caranya membuat jus. Cara pria itu memotong buah, memasukkan potongan buah ke  dalam  blender semua tidak berbeda dengan caranya membuat jus. Tapi mengapa rasanya bisa berbeda.
            “ Silahkan nona Ryeon “ Deok meletakkan segelas jus mangga dengan sedikit tambahan limun di depan Ryeon. “ Terimakasih “ ujar Ryeon lalu segera meneguk jus itu. Benar saja setelah meminum jus itu, rasa lelah dalam tubuhnya perlahan menghilang, sekarang ia lebih tenang. Karena jus Hee Deok atau karena berada di dekat Hee Deok ? .
            Ryeon menghabiskan jus itu dalam waktu kurang dari 5 menit. Dalam waktu kurang dari 5 menit itulah perasaannya merasa lebih baik. Penat yang dirasakannya sewaktu di kantor seperti menguap begitu saja. “ Oh ya Deok, aku ingin membeli jus untuk persediaanku dirumah “ ujar Kim Ryeon sambil mengeluarkan sebuah botol plastic dari tasnya.
            “ Kalau kau suka jus ini , aku mau membuatkannya tiap hari untukmu” ucap Hee Deok. Mendengar ucapan Deok, Ryeon merasa ada sesuatu yang menyeruak di dadanya. Rasanya sama seperti ketika ia jatuh cinta pada pacar pertamanya di waktu SMA. Ryeon masih mencoba menghilangkan pikiran-pikiran aneh itu.
            “ Jadi, bagaimana nona Ryeon ? “ Tanya Hee Deok lagi. Kim Ryeon masih belum menjawab, ia tidak tahu harus mengiyakan tawaran Deok atau menolaknya. Sekarang yang ada di pikirannya adalah, ia menyukai jus buatan Deok dan dia ingin meminumnya setiap saat.
            “ Nona Ryeon, aku mengenakan biaya untuk siapapun yang melamun disini “ gurau Deok. Ryeon terkesiap, entah sudah beberapa menit ia larut dalam lamunannya, “Oh ? Ya, ya boleh saja “ hanya itu yang mampu meluncur dari mulutnya.
            “ Setiap kau butuh jus ku, telepon saja aku, aku akan datang padamu untuk memberimu jus buatanku “ tambah Hee Deok lagi kali ini senyum manisnya terlukis di wajah lembutnya. Badan Ryeon mendadak dingin dan ia merasa sangat gugup. Oh Tuhan, kembalikan diriku yang semula.

                                                XXXXXXXXXX
            Setiap kau butuh jus ku, telepon saja aku, aku akan datang padamu untuk memberimu jus buatanku. Kalimat itu meluncur begitu saja dari mulutnya. Entah gadis itu menyadari maksudnya atau tidak. Sebenarnya dibalik kalimat itu ia ingin mengatakan “Setiap kau butuh aku, telepon saja aku, aku akan datang”. Hari ini, saat ia melihat gadis itu, wajah gadis itu tidak seceria biasanya. Ia yakin gadis itu sedang ada masalah.
            Sejak pertama bertemu dengan Kim Ryeon, Hee Deok terus terpikirkan gadis itu. Bukan karena gadis itu pernah menolongnya tapi karena gadis itu tiba-tiba saja membuatnya merasakan hal yang lain. Deok terakhir kali menjalin hubungan dengan seorang wanita ketika ia duduk di bangku SMA, dan setelah kekasihnya itu menikah dengan orang lain , Deok tidak pernah merasakan dentuman detak jantung seperti ini. Dan sekarang gadis itu, Kim Ryeon membuatnya merasakan dentuman detak jantung itu lagi.
            Deok duduk di salah satu kursi tinggi di depan meja bar. Beberapa menit yang lalu, Ryeon meninggalkan cafenya dengan senyum dibibirnya. Sepertinya gadis itu memang merasa lebih baik setelah meminum jus buatannya. Sedangkan dirinya sendiri, merasa sedikit tenang bisa membantu gadis itu. Entah itu berarti atau tidak.
            “ Hei, bukankah kau Hee Deok ? “ sapa seorang gadis yang sedang berdiri dengan tangan menggandeng lengan seorang pria. Deok mencoba mengingat wajah gadis itu. Itu Ji Jeong, gadis yang datang bersama Ryeon siang itu.
            “ Nona Jeong ? “ .
            “ Bagus, Kau masih mengenaliku rupanya, aku membawa kekasihku kesini agar dia bisa merasakan enaknya jus disini , Hyun-ki Oppa ini Hee Deok , Hee ini Hyun-ki “ . Dua pria itu berjabat tangan. Deok mempersilahkan Jeong dan Hyun-ki duduk.
            “ Ryeon baru saja kemari “ ujar Deok saat mengantarkan pesanan Jeong ke mejanya dan ikut duduk di salah satu kursi di sana. “ Ryeon ? untuk apa dia kesini ? “ . “ Untuk membeli jus “ jawab Hee Deok. “ Kurasa, Ryeon menyukaimu Hee “ . Hee Deok membelalak kan matanya lebar. “ Hei, Jeong kau jangan asal bicara “ ujar Hyun-ki pada kekasihnya itu.
            Deok masih diam. Ucapan Jeong yang baru saja meluncur dari mulutnya, ia tidak berharap itu gurauan. Ia bahkan tidak mempedulikan pasangan dihadapannya yang sedang berdebat hebat. Deok berharap ucapan Jeong benar. Ryeon menyukainya. Seperti ia menyukai Ryeon.
            “ Hee Deok ? Helooo ? Hee Deok ? “ Ji Jeong nampak melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Deok. Deok pun terkejut dan berusaha bersikap normal,” Ya, ya ? “. Jeong mendengus, “ Asal kau tahu saja, Ryeon suka sekali menceritakanmu, pesan singkatmu, jus buatanmu, kurasa dia menyukai jus buatanmu, atau mungkin dirimu , haha “ gurau Jeong.
            “ Ji Jeong, hentikan omong kosongmu, kau jangan membuat Deok ilfeel padamu” ujar Hyun-ki menghentikan ocehan kekasihnya itu. Hee Deok hanya tersenyum melihat perdebatan singkat Ji Jeong dan Hyun-ki. Malam ini Hee Deok berencana untuk mendatangi rumah Ryeon untuk menanyakan hal itu. Ia sudah tidak mampu menahan perasaannya. Hee Deok merasa semakin kehilangan kewarasannya.
                       
                                                            XXXXXXXX
            “ Tok….tok….tok “
            Ryeon mendengar suara orang mengetuk pintu. Tapi siapa yang datang , ia tidak merasa membuat janji dengan siapapun. Ji Jeong juga baru saja menelponnya. Tidak mungkin gadis itu tiba-tiba kerumahnya. Ryeon membuka pintu rumahnya dengan hati-hati. Saat pintu sudah terbuka, nampak Hee Deok berdiri di sana dengan kemeja dan celana jins, tanpa seragam café.
            “ Hee Deok ? Bagaimana kau bisa tahu aku tinggal disini ? “ Tanya Ryeon heran, ia ingat benar kalau ia belum memberi tahu dimana ia tinggal pada Hee Deok.
            Hee Deok tersenyum, senyum yang membuat Kim Ryeon merasakan angin disekitarnya bertiup lebih kencang, “ Tadi nona Jeong memberi tahuku saat dia datang ke café ku bersama kekasihnya “.
            “ Masuklah “.
            Ryeon mempersilahkan Deok masuk kerumahnya, ke ruang tengah rumahnya, “ Jadi, ada apa Hee Deok ? “ . Deok mengacungkan botol plastik yang sudah dibawanya “ Layanan jus “. Ryeon tersenyum, “ Tapi aku tidak meneleponmu ? “
            Hee Deok melepas syal yang melilit di lehernya, “ Tadi nona Jeong sempat menceritakan apa yang terjadi padamu di kantormu, aku pikir kamu merasa kurang baik “  papar Hee Deok .
            Kim Ryeon tercengang, bagaimana pria ini bisa tahu ? . Jujur saja sampai detik ini ia memang merasa belum terlalu baik. Ia masih merasa sakit hati dengan perlakuan bosnya terhadap dirinya. Bahkan tadi ia baru saja menangis.
            “ Hee Deok ?”
            “ Ya nona Ryeon ? “
            “ Kau tahu ? Aku selalu merasa lebih baik setelah meminum jus buatanmu, jangan tanya mengapa karena aku sendiri tidak tahu “
            Hee Deok memperhatikan gadis di hadapannya. Mata gadis itu sembab, sepertinya peristiwa dikantornya tadi benar-benar membuatnya sakit hati. Gadis yang malang. “ Maaf nona Ryeon, kalau kau butuh orang untuk mendengarkan mungkin aku bisa menjadi pendengar yang baik “.
            Kim Ryeon tersenyum, “ Aku baik-baik saja Deok, aku yakin pasti semua orang pernah mengalami hal ini, kau sendiri apa selama bekerja di café itu bosmu tidak pernah memarahimu atau tidak menghargai pekerjaanmu? “ suara gadis itu berubah serak sepertinya menahan tangis .
            Tidak. Karena akulah bos di café itu. Itu yang seharusnya diucapkan Hee Deok, tapi pria itu mengurungkan niatnya. Belum saatnya Kim Ryeon tahu siapa dirinya sebenarnya. Hee Deok mengubah posisi duduknya disebelah Ryeon. Kedua tangannya mencengkeram bahu Ryeon berusaha memberi semangat. Semampunya.
            Kim Ryeon tidak mampu membendung emosinya. Air mata yang ditahannya akhirnya tumpah juga. Bahunya terguncang karena tangisnya. Ia tidak pernah merasa sesakit hati ini.
            Hee Deok terkejut melihat Kim Ryeon menangis. Ya, gadis itu menangis. Tiba-tiba saja naluri Hee Deok mendorongnya untuk membenamkan kepala gadis itu dalam pelukannya. Gadis itu tidak menolak perlakuannya. Ia membiarkan gadis itu menangis dalam pelukannya. Dan berharap gadis itu merasa lebih baik.
            Beberapa menit kemudian guncangan bahu Kim Ryeon mereda. Tanda tangisnya pun telah mereda. Ia baru sadar kalau sekarang ia ada di pelukan Hee Deok membuat kemeja pria itu basah oleh air matanya. Kim Ryeon segera menarik kepalanya dan membenarkan posisi duduknya sedikit menjauhi Deok.
            “ Maaf.. “ ucap mereka bersamaan. Hening. “ Aku … “ ucap mereka bersamaan lagi. Hee Deok diam, memberikan celah untuk Kim Ryeon bicara. “ Maaf, aku membuat kemejamu basah “ . Hee Deok hanya tersenyum lalu mengacak rambut Ryeon, “ Tidak masalah Kim Ryeon, sekarang kau merasa lega ?” . Kim Ryeon mengangguk, ia memang merasa lebih lega setelah menangis, ia merasa lebih tenang sekarang. 
            “ Sekarang minumlah jus ini “ Deok menyerahkan botol jus itu pada Ryeon. Ryeon menerima jus itu lalu segera meminumnya. Entah mengapa sekarang ia merasa sangat baik, sakit hati yang sedari tadi ditahannya seperti lenyap begitu saja. Hee Deok , terimakasih.
                                                            XXXXXXXXX
            “ Selamat Pagi Kim Ryeon “ sapa Ji Jeong saat mereka berpapasan di tempat parkir. Ji Jeong melihat sahabatnya itu tidak lagi murung seperti kemarin. Ia yakin apa yang dikatakannya pada Deok kemarinlah yang membuat Ryeon berseri-seri pagi ini. “ Selamat pagi nona Jeong yang sudah dengan lancang memberitahukan alamat rumahku pada Hee Deok” jawab Ryeon dengan nada bicara pura-pura kesal.
            Ji Jeong tertawa lebar, “ Ku kira kau senang jika Hee Deok datang kerumahmu “. Ji Jeong benar,Ryeon merasa senang dengan kehadiran Hee Deok atau lebih tepatnya jus Hee Deok. Entah mengapa sampai sekarang Ryeon belum berani meyakinkan dirinya akan perasaannya. Ia memang sering merasa lain di dekat Deok tapi ia belum berani memutuskan apakah itu benar jatuh cinta.
            Ryeon dan Jeong berjalan beriringan memasuki kantor. Jeong terus menggoda Ryeon dan Ryeon hanya diam merasakan jantungnya tidak karuan dan pipinya merona malu. Oh Ji Jeong,hentikan ini semua.
                                                           
XXXXXXXX

            Satu bulan sudah berlalu. Semenjak malam itu, Hee Deok lebih sering menelepon Kim Ryeon. Hampir setiap malam mereka berbincang lewat telepon. Kim Ryeon juga sering menelepon untuk meminta jus. Atau sebenarnya gadis itu ingin Deok mendatanginya.
            Selama satu bulan itu pulalah mereka menyimpan dengan baik apa yang mereka rasakan. Niat Deok untuk menanyakannya selalu diurungkannya karena ia takut gadis itu menjauhinya. Dan Ryeon sendiri terlalu takut untuk mengungkapkannya. Hubungan yang aneh.
             Hari ini Kim Ryeon sedang merapikan beberapa pakaiannya saat Hee Deok meneleponnya, “ Ya, Halo ? “ | “ Sedang sibuk ? “ | “ Tidak, hanya sedang merapikan pakaian “ | “ Bersiaplah, aku akan menjemputmu sekarang “ |. Belum sempat Ryeon menjawab , Deok memutuskan panggilan dari sana. Ia lalu melempar ponsel ke ranjang. Ia masih bingung Deok akan membawanya kemana.
            Kim Ryeon memperhatikan pakaian yang sedang dirapikannya. Deok tidak memberitahunya akan mengajaknya kemana. Ryeon memilih style casual saja . Ia memilih celana panjang berbahan ringan berwarna coklat dan sweeter berwarna putih. Ia juga tidak mengenakan make up yang tebal.
            Kim Ryeon keluar kamar dan memilih sepatu. Lagi-lagi karena takut salah lokasi ia pun memilih sepasang sepatu ringan yang biasa ia pakai untuk jalan-jalan bersama Jeong. Beberapa menit kemudian terdengar suara pintu di ketuk. Ryeon segera berlari menuju pintu dengan harapan itu Deok, saat pintu terbuka yang berdiri disana adalah Ji Jeong dan Hyun-ki.
            “ Hai ! “ sapa mereka berdua bersamaan. Ryeon memutar bola matanya, untuk apa dua orang ini datang kemari di saat ia akan pergi dengan Deok, “Ada apa ?” Tanya Ryeon ketus. Dua orang itu nampak tertawa-tawa malu , “ Hari ini adalah anniversary kami “ . Ryeon menghela napas panjang, “ Lalu ? “ . “ Untuk merayakannya kami ingin mengajakmu ke Lotte World “ ujar mereka berdua bergantian.
            Karena ia sudah punya janji dengan Deok ia pun berusaha menolak, “ Tapi aku..” . Belum sempat Ryeon melanjutkan ucapannya, Jeong sudah menariknya menuju mobil Hyun-ki, “ Kim Ryeon , kau tidak mungkin mau membuat sahabatmu ini sakit hati “ .
            Suasana di dalam mobil sangat bertolak belakang. Jeong dan Hyun-ki sibuk menyanyi karena mereka sedang berbahagia, sedangkan Ryeon ia hanya diam memperhatikan jalan sambil sesekali menengok ponselnya. Pria itu tidak meneleponnya. Akhirnya Ryeon memberanikan diri menelepon Deok, hanya nada panggil yang terdengar . Pria itu tidak menjawab panggilan Ryeon. Ryeon mencoba lagi dan lagi tapi tetap saja Deok tidak menjawab panggilannya.
            Mobil Hyun-ki berhenti di lapangan parkir Lotte World. Taman hiburan itu memang tidak pernah sepi pengunjung. Ryeon turun dari mobil tanpa semangat. Ia tidak tahu apakah Deok akan marah padanya karena ia membatalkan janji begitu saja tanpa memberi tahu. Tapi, salah sendiri ia tidak membalas teleponku.
            “ Ayolah Ryeon, bersenang-senanglah “ Jeong menggandeng tangan Ryeon menyusul Hyun-ki yang sudah lebih dulu berjalan dan sekarang sedang mengantri tiket. Setelah tiket sudah di depat, ketiganyapun masuk. Jeong yang dari tadi menggandeng Ryeon kini beralih menggandeng Hyun-ki dan membiarkan Ryeon berjalan sendiri. Keadaan semakin malang dilihat. Setelah sibuk memilih wahana akhirnya pasangan itu memutuskn untuk bermain ice skating. Entah apa yang mendorong mereka memilih arena ice skating untuk merayakan anniversary mereka.
            Ryeon ikut saja apa yang diinginkan pasangan itu. Ia pun juga turut mengganti sepatunya dengan sepatu khusus untuk bermain ice skating. Ryeon tidak terlalu ahli bermain ice skating tetapi setidaknya ia bisa meluncur diatas es dengan lancer.
            Dipikirannya sekarang hanyalah Hee Deok. Pria itu masih belum menjawab panggilan Ryeon. Itulah yang membuat Ryeon merasa mulai resah. Ia meluncur dengan tidak semangat di arena ice skating. Lalu seorang anak mendekatinya. “Permisi nona ? “ Tanya anak itu. Kim Ryeon memperhatikan anak dihadapannya, ia tidak mengenal anak itu sebelumnya. Ryeon menundukkan badan dan berjongkok di depan anak itu, “ Ya, ada apa gadis kecil ?  “. Anak itu tersenyum manis lalu menyerahkan secarik kertas kecil pada Ryeon, “ini untukmu “ lalu anak itu kembali meluncur menjauhi Ryeon.
            “ LIHAT KE ATAS “ tulisan itulah yang ada di kertas itu. Kim Ryeon hanya tersenyum, ia menyimpan kertas kecil itu dalam saku sweeternya dan meluncur kecil. Mungkin itu hanya lelucon yang dibuat anak kecil tadi. Saat Ryeon meluncur menjauhi tempatnya tadi beberapa orang terkagum-kagum pada sesuatu. “ Wah… “ hanya itu yang didengar Ryeon.
            Ryeon pun membalikkan badannya, di belakangnya sebuah kain lebar berwarna putih turun dari atas dengan sebuah tali. Kain itu bertuliskan “WILL YOU BE MY DESTINY KIM RYEON ? “ . Kim Ryeon pun tertegun. Semua orang yang ada arena ice skating itupun bertepuk tangan riuh. Ia melihat seorang pria yang sedang meluncur kearahnya. “ Jus nya  nona ? “ Pria itu mengacungkan sebotol jus. “ Ku lihat kau terlihat kurang bersemangat saat memasuki tempat ini “ tambahnya.
            Kim Ryeon tersenyum lebar. Ia langsung menghambur ke pelukan Deok. Air mata kebahagiannya meluncur tiba-tiba dari matanya. Ia tidak bisa menjelaskan apa yang ia rasakan sekarang. Senang, terkejut, bahagia, terharu semua bercampur jadi satu. “ Jadi apa jawabanmu Kim Ryeon ? “ Tanya Hee Deok saat Ryeon melepaskan pelukannya. Kim Ryeon masih terdiam tapi bibirnya tak henti tersenyum .
            “ Ayo nona, terima pria itu !! “
            “ Iya nona, ayo terima !” teriak beberapa pengunjung yang berada di arena ice skating itu.
             Kim Ryeon melihat pria di depannya. Di belakang pria itu ada dua orang yang juga ikut serta dalam acara kejutan hari ini. Jeong dan Hyun-ki mengisyaratkan pada Ryeon untuk menerima Deok, “ Ayo terima “ ucap mereka tanpa suara.
            Kim Ryeon mengambil jus dari tangan Deok. Lalu mengangguk pelan. Hee Deok yang tidak percaya dengan keputusan Ryeon pun ingin mengengar dari mulut gadis itu langsung, “ Apa keputusanmu Ryeon ? “ . “ Aku menerima jus mu “ jawab Ryeon dengan menahan tawa. Hee Deok menunduk, ternyata jawaban gadis itu tidak sesuai dengan harapannya.
            Melihat reaksi Deok, Ryeon pun tertawa lebar “ Dan juga dirimu Hee Deok “. Hee Deok menengadahkan kepalanya menatap lurus ke arah Ryeon dengan pandangan tidak percaya. Langsung saja ia meraih tubuh mungil Kim Ryeon memeluknya erat. Seluruh pengunjung termasuk Jeong dan Hyun-ki bertepuk tangan.
            “ Suatu kebohongan jika aku bilang aku lebih baik setelah meminum jusmu, tapi sesungguhnya berada disampingmu lah yang membuatku lebih baik. Aku ingin selalu meminum jusmu dan berada di samping Hee Deok. Selamanya.”

-Terkadang cinta datang melalui hal-hal yang sederhana-.




Selasa, 18 November 2014

Dari Sinilah :)

Sulit dipercaya sangat sulit dipercaya orang sepertiku (*orang-orang bilang aku konyol ) bisa meneteskan air mata hanya karena membaca sebuah novel. Ya, novel Sunshine Becomes You karya Ilana Tan lah pelakunya. Novel yang menceritakan kisah cinta Alex Hirano dan Mia Clark yang jatuh cinta karena terbiasa. Novel tersebut membuat aku sadar, bahwa cinta tidak harus hadir dengan awal yang indah atau dengan sambutan indah. Cinta hanya perlu ruang untuknya tumbuh dan berkembang.
Alex Hirano yang awalnya sangat membenci Mia Clark bisa berubah mencintai gadis itu karena ia terbiasa dengan kehadiran ' malaikat kegelapannya'. Bagaimana bisa malaikat kegelapan tersenyum seperti itu ? 
Namun kisah cinta yang berawal tidak baik juga harus berakhir dengan duka. Alex Hirano harus kehilangan Mia Clark disaat cinta yang ada dihatinya mulai tumbuh dan menghangatkannya.
Di mana pun dia berada. Dan kuharap dia tahu bahwa selama aku masih bernafas, aku akan selalu mencintainya. Sepenuh hatiku. Selamanya.
Memang jika dihubungkan dengan kehidupan nyata, mungkin saja tidak semua pria akan memikirkan hal itu setelah kekasihnya pergi.
Alex Hirano tidak menyambut gadis yang akhirnya dicintainya dengan baik, tapi ia mampu menyambut perasaan yang hadir padanya dengan baik.
Ilana Tan adalah penulis yang luar biasa. Aku memang tidak membaca novelnya yang sangat fenomenal Tetralogi 4 musim tapi dengan membaca satu novelnya saja aku langsung mencantumkan namanya dalam daftar penulis favorit.
Ilana Tan mampu mengungkapkan emosi masing-masing tokoh hingga mempengaruhi perasaan pembaca. Diakui atau tidak semua orang yang membaca novel ini akan membayangkan setiap detil adegan yang ada di dalamnya. Amazing.
Bahkan aku juga membayangkan bagaimana sosok Mia Clark, Alex Hirano, Ray Hirano, dan tokoh lainnya.
Oh ya, terimakasih untuk sahabatku Silvia Ayu Ningtyas yang sudah memperkenalkanku pada novel ini, novel yang luar biasa :)